cursor

Senin, 18 April 2016

Makalah Perbedaan Ilmu dan Pengetahuan



BAB I
PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
          Pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Berbedanya dalam cara mendapatkan pengetahuan tersebut serta tentang apa yang dikaji oleh pengetahuan tersebut membedakan antara jenis pengetahuan yang satu dengan yang lainnya.

          Pengetahuan dikembangkan manusia disebabkan karena dua hal utama yaitu manusia mempunyai bahasa yang mampu mengomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut, dan kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka. Secara garis besar, cara berpikir seperti ini disebut penalaran.
          Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan dari penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan melalui suatu cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih kalau proses penarikannya dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, dimana logika secara luas dapat didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih.
          Pengetahuan banyak jenisnya, salah satunya adalah ilmu. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang objek telaahnya adalah dunia empiris dan proses mendapatkan pengetahuannya sangat ketat yaitu menggunakan metode ilmiah. Ilmu menggabungkan logika deduktif dan induktif, dan penentu kebenaran ilmu tersebut adalah dunia empiris yang merupakan sumber dari ilmu itu sendiri.
1.2     Rumusan Masalah
          1.       Apa yang dimaksud dengan pengetahuan?
          2.       Bagaimana sistematika pengetahuan?
          3.       Bagaimana ciri-ciri ilmu pengetahuan?
1.3     Tujuan Penulisan
          1.       Untuk mengetahui pengertian pengetahuan.
          2.       Untuk mengetahui sistematika pengetahuan.
          3.       Untuk mengetahui ciri-ciri ilmu pengetahuan.

         



BAB II
PEMBAHASAN
2.1     Pengertian Pengetahuan
          Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk memutuskan apabila seseorang mengenal tentang sesuatu. Suatu hal yang menjadi pengetahuannya adalah selalu terdiri atas unsur yang mengetahui dan yang diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin diketahuinya itu. Oleh karena itu, pengetahuan selalu menuntut adanya subjek yang mempunyai kesadaran untuk mengetahui tentang sesuatu dan objek yang merupakan sesuatu yang dihadapinya sebagai hal yang ingin diketahuinya. Jadi, bisa dikatakan pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya atau hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu.
          Semua pengetahuan hanya dikenal dan ada di dalam pikiran manusia, tanpa pikiran pengetahuan tidak akan eksis. Oleh karena itu, keterkaitan antara pengetahuan dengan pikiran merupakan sesuatu yang kodrati.
          Menurut Jujun Suriasumantri (2010), pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk ke dalamnya ilmu. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui manusia di samping berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan agama. Pengetahuan merupakan khazanah kekayaan mental. Tiap jenis pengetahuan pada dasarnya menjawab jenis pertanyaan tertentu yang diajukan. Secara ontologis ilmu membatasi diri pada kajian objek yang berada dalam lingkup pengalaman manusia, sedangkan agama memasuki daerah penjelajahan yang bersifat transendental yang berada di luar pengalaman kita.
          Cara menyusun pengetahuan dalam kajian filsafat disebut epistemologi, dan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah. Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemologi), dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan dikumpul oleh ilmu dengan tujuan untuk menjawab permasalahan kehidupan yang sehari-hari dihadapi manusia. Pemecahan ini pada dasarnya yaitu dengan meramalkan dan mengontrol gejala alam. Untuk bisa meramalkan dan mengontrol sesuatu, maka kita harus menguasai pengetahuan yang menjelaskan peristiwa itu.
          Pengetahuan itu merupakan pengetahuan awam apabila orang hanya sadar saja tentang adanya gejala tersebut; dia dapat mengetahui bahwa gejala itu ada. Selanjutnya, dari banyak gejala yang didasarinya hal ini, yaitu hubungan saling pengaruh yang ada antara satu gejala dan gejala lainnya. Sebagai contoh, pengalaman atau pengamatan bahwa, bila mendung biasanya lalu hujan. Pengetahuan tentang hubungan dua gejala ini merupakan pengetahuan awam, walaupun  pada tingkat yang lebih tinggi. Pengetahuan orang tentang suatu gejala merupakan pengetahuan ilmiah apabila dia dapat menjelaskan secara logis struktur dari gejala itu, jadi tidak hanya sadar tentang adanya gejala yang timbul.
2.2     Sistematika Pengetahuan
          Dalam ilmu filsafat, sistematika pengetahuan terdiri dari tiga macam, yaitu :
          1.       Ontologi
          Ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Menurut istilah, ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkrit maupun rohani/abstrak. Dalam aspek ontologi diperlukan landasan-landasan dari sebuah pernyataan-pernyataan dalam sebuah ilmu. Landasan-landasan itu biasanya kita sebut dengan metafisika.
          Selain metafisika, juga terdapat sebuah asumsi dalam aspek ontologi ini. Asumsi berguna ketika kita akan mengatasi suatu permasalahan. Dalam asumsi juga terdapat beberapa paham yang berfungsi untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tertentu, yaitu determinisme ( suatu paham pengetahuan yang sama dengan empiris), probablistik (paham ini tidak sama dengan determinisme, karena paham ini ditentukan oleh sebuah kejadian terlebih dahulu), fatalisme (sebuah paham yang berfungsi sebagai paham penengah antara determinisme dan pilihan bebas), dan paham pilihan bebas.
          Setiap ilmuwan memiliki asumsi sendiri-sendiri untuk menanggapi sebuah ilmu dan mereka mempunyai batasan-batasan sendiri untuk menyikapinya. Apabila kita memakai suatu paham yang salah dan berasumsi yang salah, maka kita akan memperoleh kesimpulan yang berantakan.
2.       Epistemologi
          Epistemologi adalah bagaimana sesuatu datang dan bagaimana kita mengetahuinya, serta bagaimana kita membedakannya dengan yang lain. Bagaimana adalah pertanyaan yang berkaitan dengan keadaan, berkenaan dengan situasi dan kondisi dimensi ruang serta waktu sesuatu tersebut.
          Epistemologi atau teori pengetahuan merupakan cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengendalian-pengendalian, dan dasar-dasarnya serta pengertian mengenai pengetahuan.
          Pengertian yang diperoleh oleh manusia melalui akal, indra, dan lain-lain mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan, diantaranya adalah metode induktif (suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum), metode deduktif ( suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut), dan metode positivisme (berpangkal dari apa yang telah diketahui).
3.       Aksiologi
          Aksiologi adalah ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat ilmu yang sesungguhnya. Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia karena dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah. Dengan kemajuan ilmu juga manusia bisa merasakan kemudahannya seperti transportasi, pemukiman, pendidikan, komunikasi, dan lain sebagainya.
          Aksiologi juga merupakan penerapan pengetahuan, jadi dibahas mulai dari klarifikasinya, kemudian dengan melihat tujuan pengetahuan itu sendiri, dan akhirnya dilihat perkembangannya.
2.3     Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan
          Ilmu sebagai pengetahuan ilmiah berbeda dengan pengetahuan biasa, memiliki ciri tersendiri diantara ciri yang dimiliki oleh ilmu pengetahuan seperti dikemukakan Konrad Kebug (2011), yaitu: Pertama, sistematis. Para filsuf dan ilmuwan sepaham bahwa ilmu adalah pengetahuan atau kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis. Ciri-ciri sistematis ilmu menunjukkan bahwa ilmu merupakan berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan tersebut mempunyai hubungan saling ketergantungan yang teratur (pertalian tertib).
          Pertalian tertib dimaksud disebabkan adanya suatu asas tata tertib tertentu diantara bagian-bagian yang merupakan pokok soalnya. Kedua, empiris. Bahwa ilmu mengandung pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pengamatan serta percobaan secara terstruktur di dalam bentuk pengalaman, baik secara langsung maupun tidak langsung.
          Ilmu mengamati, menganalisis, menalar, membuktikan, dan menyimpulkan hal-hal empiris yang bersifat faktawi (faktual). Baik berupa gejala maupun kebatinan, gejala alam, gejala kejiwaan, gejala kemasyarakatan, dan sebagainya. Semua hal fakta yang dimaksud dihimpun dan dicatat sebagai data (datum) sebagai bahan persediaan bagi ilmu.
          Ilmu dalam hal bukan sekedar fakta, melainkan fakta yang diamati dalam suatu aktivitas ilmiah melalui pengalaman. Fakta bukan pula data, berbeda dengan fakta, data lebih merupakan berbagai keterangan mengenai sesuatu hal yang diperoleh melalui hasil pencerapan atau sensasi derawi. Ketiga, objektif. Bahwa ilmu menunjukkan pada bentuk pengetahuan yang bebas dari prasangka perorangan (personal biasa), dan perasaan subjektif berupa kesukaan atau kebencian pribadi. Ilmu haruslah hanya mengandung pernyataan serta data yang menggambarkan secara terus terang atau mencerminkan secara tepat gejala yang ditelaahnya.
          Objektivitas ilmu mensyaratkan bahwa kumpulan pengetahuan itu haruslah sesuai dengan objeknya (baik objek material maupun objek formalnya), tanpa diserong oleh keinginan dan kecondongan subjektif dari penelaahnya. Keempat, analitis. Bahwa ilmu berusaha mencermati, mendalami, dan membedakan pokok soalnya ke dalam bagian-bagian yang terperinci untuk memahami sebagai sifat, hubungan, dan peranan dari bagian-bagian tersebut. Upaya pemilihan atau penguraian suatu kebulatan pokok soal ke dalam bagian-bagian, membuat suatu bidang keilmuan senantiasa tersekat dalam cabang yang lebih sempit sasarannya.
          Melalui itu, masing-masing cabang ilmu itu membentuk aliran pemikiran keilmuan baru yang berupa ranting-ranting keilmuan yang terus dikembangkan secara khusu menuju spesialisasi ilmu. Kelima, verifikatif. Bahwa ilmu mengandung kebenaran yang terbuka untuk duiperiksa tau dijui (diverifikasi) guna dapat dinyatakan sah (valid) dan disampaikan kepada orang lain. Kemungkinan diperiksa kebenaran (verifikasi) dimaksudlah yang menjadi cirri pokok ilmu yang terakhir.
          Pengetahuan, agar dapat diakui kebenarannya sebagai ilmu, harus terbuka untuk diuji atau diverifikasi dari berbagai sudut telaah yang berlainan dan akhirnya diakui benar. Ciri verifikasi ilmu sekaligus mengandung pengertian bahwa ilmu senantiasa mengarah kepada tercapainya kebenaran. Ilmu dikembangkan oleh manusia untuk menemukan suatu nilai luhur dalam kehidupan manusia yang disebut kebenaran ilmiah. Kebenaran ini dapat berupa asas-asas atau kaidah yang berlaku umum atau universal mengenai pokok keilmuan yang bersangkutan.
          Selain kelima ciri ilmu di atas, masih terdapat beberapa ciri tambahan lainnya, misalnya ciri instrumental dan ciri faktual. Ciri instrumental, dimaksudkan bahwa ilmu merupakan alat atau sarana tindakan untuk melakukan sesuatu hal. Ilmu dalam hal ini sukar, namun juga sangat mudah, dalam arti senantiasa merupakan sarana tindakan untuk melakukan banyak hal yang mengagumkan dan membanjiri dunia dengan ide-ide baru. Ilmu berciri faktual, dalam arti ilmu tidak memberikan penilaian baik atau buruk terhadap apa yang ditelaahnya, tetapi hanya menyediakan fakta atau data bagi si pengguna. Pandangan terakhir ini, oleh filsuf kritis telah diolah, karena menuntut mereka ilmu sebagai suatu hasil budaya manusia, selalu bertautan atau berhubungan dengan nilai. Ilmu, karenanya tidak dapat membebaskan atau meluputkan diri dari nilai dan selalu harus bertanggungjawab atasnya.
         



BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
          Ternyata ilmu pengetahuan tidak sesederhana seperti yang kita bayangkan. Sebagai seorang pengguna ilmu pengetahuan kita sering berprasangka bahwa ilmu pengetahuan hanya berprinsip pada teosi, riset, dan rekayasa perkembangan teknologi. Ilmu pengetahuan ternyata merupakan sebuah dunia yang memiliki karakter dasar, prinsip, dan struktur yang keseluruhannya itu menentukan arah dan tujuan pemanfaatan ilmu.
          Pengetahuan adalah  berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.



DAFTAR PUSTAKA
Mukhtar, Latif, Prof. Dr. M,Pd. 2014. Filsafat Ilmu. Jakarta: Kencana.
Peter, Soedojo, Dr. B,Sc. 2004. Pengantar Sejarah dan Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Surajiyo, Drs. 2007. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Suci Joya Pamungkas. 2013. Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi dalam Filsafat Ilmu. (http://cacink252.blogspot.com/2013/05/ontologi-epistemologi-dan-aksiologi.html?m=1)

         

2 komentar: